Defenisi Sehat Menurut WHO
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti
sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas
tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi
tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan
satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang
sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang
sehat adalah sebagai berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah
menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan
serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
b.
Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik
serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi
terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut,
cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik
dan bijaksana.
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap
tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan
dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki,
kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan
sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang
sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain
serta masyarakat umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi
sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal,
kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani
seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis
dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif
atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan
dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.(bbs/sak)
sumber:
diakses 20 marret 2014.
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta:
EGC.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda