Penyebab Terjadinya Penyakit
agen penyakit
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati
dan faktor mekanis, namun kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya
tidak diketahui seperti pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner
dan lain-lain.
unsur penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua
bagian utama, yakni :
1. Penyebab kausal primer
Unsur ini dianggap sebagi faktor kausal terjadinya penyakit, dengan
ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit.
Sebaliknya pada penyakit tertentu, unsur ini selalu dijumpai sebagai unsur
penyebab kausal. Unsur penyebab kausal ini dapat dibagi dalam 5 kelompok
utama.
1)
Unsur penyebab biologis, yakni semua unsur penyebab
yang tergolong makhluk hidup termasuk kelompok mikroorganisme (Nur Nasry Noor,
2008:30). seperti :
a.
Virus,
b.
Bakteri,
c.
Jamur,
d.
Parasit,
e.
Protozoa,
f. Metazoa.
(Eko Budiarto.
2002: 15).
Unsur
penyebab ini pada umumnya dijumpai pada penyakit infeksi dan penyakit menular.
(Nur Nasry Noor, 2008:30).
2) Unsur
penyebab nutrisi, yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi
dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekuranagn maupun kelebihan zat
nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral
3)
Unsur penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam
bentuk senyawaan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit
tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk berbagai
jenis zat racun, obat-obat keras, berbagai senyawaan kimia tertentu dan lain
sebagainya, bentuk senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun
gas. Adapula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang
dapat menimbulkan penyait tertentu seperti ueum, kolesterol, dan lain-lain
4)
Unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat
menimbulkan penyakit melalui proses fisika, umpamanya panas (luka bakar),
irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa) radiasi dan lain-lain. Proses kejadian
penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan
kelainan dan gangguan kesehatan.
5) Unsur
penyebab psikis yakni semua unsur yang bertalian dengan kejadian penyakit
gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum
jelas proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok
ahli lebih menitikbertkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam
hal ini kita harus berhati-hati terhadap factor kehidupan sosial yang bersifat
nonkausal serta lebih menampakkan diri dalam hubungannya dengan proses kejadian
penyakit maupun gangguan kejiwaan.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada sifat hubungan kausal, antara lain:
1. Kuatnya
hubungan statistik, artinya makin kuat hubungan statistik antara kausal dan
efek makin besar kemungkinannyya mempunyai hubungan kausal.
2. Adanya
hubungna dosis respons, artinya peningkatan dosis pada factor kausal akan
meningkatkan pula kemungkinan terjadinya efek, dan sebaliknya.
3. Adanya
konsistensi berbagai penemuan penelitian, artinya hasil yang dicapai relevan
dengan penemuan-penemuan sebelumnya.
4. Hubungannya
bukan hasil sementara, artinya hasil hubungan tersebut bukan situasi sementara,
melainkan lebih bersifat lanjut.
5. Sesuai
dengan teori yang sudah ada, artinya hasil yang dicapai dalam hubungan tersebut
sesuai pula dengan teori yang sudah ada atau tidak bertentangan dengan teori
yang telah di uji kebenarannya.
6. Sesuai
dengan hasil percobaan laboratorium, artinya bila dilakukan uji coba
laboratorium akan memberikan hasil yang tidak berbeda.
7. Sesuai
dengan hukum biologis artinya hubungan tersebut tidak bertentangan dengan hokum
biologis yang ada.
(Nur
Nasry Noor, 2008:30-32)
2. Penyebab non
kausal sekunder
Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu/penambah
dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya
penyakit. Dengan demikian, dalam setiap analisis penyebab penyakit, kita tidak
hanya berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan
semua unsur lain di luar unsur penyebab kausal primer. Hal ini didasarkan pada
ketentuan bahwa pada umumnya, kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh
berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses
sebab akibat. Faktor yang terinteraksi dalam proses kejadian penyakit dalam
epidemiologi digolongkan dalam faktor resiko. Sebagai contoh pada penyakit
kardiovaskuler, tuberkulosis, kecelakaan lalulintas, dan lain sebagainya.
Kejadiannya tidak dibatasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus
dianalisis dalam bentuk suatu rantai sebab akibat yang peranan unsur penyebab
sekundernya sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer untuk dapat
secara bersama-sam menimbulkan penyakit. (Nur Nasry Noor, 2008:32).
1.
Faktor pejamu (host)
“Pejamu” ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa
sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut
faktor instrinsik.
Faktor
“pejamu” dan “agen” dapat diumpamakan sebagai tanah dan benih. Tumbuhnya benih
tergantung keadaan tanah yang dianalogikan dengan timbulnya penyakit yang
tergantung dan keadaan pejamu. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Unsure pejamu (host) terutama pejamu manusia dapat
dibagi dalam 2 kelompok sifat utama, yakni: pertama, sifat yang erat
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan kedua, sifat manusia
sebagai makhluk sosial. (Nur Nasry Noor, 2008:32-33).
a.
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu, seperti:
1. Keadaan
fisiologi. Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit,
seperti keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis pasca partum.
2. Kekebalan.
Orang-orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang oleh
penyakit tersebut.
3. Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya
reumatoid atritis yang mudah kambuh.
4. Ras dan
keturunan (genetik), misalnya penyakit herediter seperti hemofilia, sickle cell
anemia, dan gangguan glukosa non-fosfatase.
5. Umur,
misalnya usia lanjut mempunyai resiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung
, dan lain-lain.
6. Jenis
kelamin, misalnya penyakit kelenjar gondok, kolesistisis, reumatoid atritis, diabetes melitus (cenderung
terjadi pada wanita), penyakit jantung, dan hipertensi (menyerang laki-laki).
7. Bentuk
anatomis tubuh..
8. Kemampuan
interaksi antara pejamu dan penyebab secara biologis.
9. Status
gizi secara umum.
(Nur Nasry Noor, 2008:32-33; Eko Budiarto. 2002: 15).
b.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus, seperti:
1. Kelompok
etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, dan hubungan keluarga serta hubungan
sosial kemasyarakatan.
2. Kebiasaan
hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat.
3. Keseluruhan
unsure tersebut di atas merupakan sifat karakteristik individu sebagai pejamu
akan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit yang dapat berfungsi
sebagai factor resiko.
(Nur Nasry Noor, 2008: 33)
3. Faktor
lingkungan
“Lingkungan” merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit. Faktor ini disebut “faktor ekstrinsik”. (Eko Budiarto. 2002: 16).
Unsur
lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara pejamu
dengan unsure penyebab dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya,
maka unsure lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian utama.
a. Lingkungan biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain
meliputi:
1.
Berbagai mikroorganisme pathogen dan yang tidak pathogen.
2. Berbagai
binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai
sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/
sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia).
3. Fauna
sekitar manusia yang berfungsi sebagai vector penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis
tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan penting dalam interaksi antara
manusia sebagai pejamu dengan unsure penyebab, baik sebagai unsure lingkungan
yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam
kehidupan/ kesehatan manusia.
b. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh
terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan
lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsure kimiawi dan
radiasi) meliputi:
1. Udara,
keadaan cuaca, geografis, dan geologis.
2. Air, baik
sebagai sumber kehidupan maupun sebagai sumber penyakit serta berbagai unsure
kimiawi serta berbagai bentuk pencemaran pada air.
3. Unsur
kimiawi lainnya dalam bentuk pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan
fisik ini ada yang terbentuk secara alamiah, tetapi banyak pula yang timbul
akibat kegiatan manusia sendiri.
c. Lingkungan sosial ekonomi
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik. System
organisasi, serta institusi/ peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang
membentuk masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi:
1.
System hukum, administrasi dan kehidupan sosial politik serta system
ekomoni yang berlaku.
2.
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat.
3.
Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat.
4.
Kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga, dan berbagai system
kehidupan sosial lainnya.
(Nur Nasry Noor, 2008: 33-35)
5.
Pekerjaan. Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti pestisida
atau zat fisika seperti zat radioaktif atau zat yang bersifat karsinogen
seperti abses akan memudahkan terkena penyakit akibat pemaparan terhadap
zat-zat tersebut.
6.
Perkembangan ekonomi. Peningkatan ekonomi rakyat akan mengukur pola
konsumsi yang cenderung memakan makanan yang mengandung banyak kolesterol.
Keadaan ini memudahkan timbulnya penyakit hipertensi dan penyakit jantung sebagai
akibat kadar kolesterol darah yang meningkat. Sebaliknya bila tingkat ekonomi
rakyat yang rendah akan timbul masalah perumahan yang tidak sehat, kurang gizi,
dan lain-lain yang memudahkan timbulnya penyakit infeksi.
7.
Bencana alam. Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang
tidak diramalkan sebelumnya. Misalnya gempa bumi, banjir, meletusnya gunung
berapi, dan perang yang akan menyebabkan kehidupan penduduk yang terkena
bencana menjadi tidak teratur. Keadaan ini memudahkan timbulnya berbagai
penyakit infeksi.
Selain faktor-faktor di atas, sifat-sifat
mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit juga merupakan faktor penting
dalam proses timbulnya penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme tersebut
antara lain:
1.
Patogenesis
2.
Virulensi
3.
Tropisme
4.
Serangan terhadap pejamu
5.
Kecepatan berkembang biak
6.
Kemampuan menembus jaringan
7.
Kemampuan memproduksi toksin
8.
Kemampuan menimbulkan kekebalan
Dari keseluruhan unsur
tersebut di atas, hubungan interaksi antara satu dengan lainnya akan menentukan
proses dan arah dari proses kejadian penyakit, baik pada perorangan, maupun
dalam masyarakat. Dengan demikian, maka terjadinya suatu penyakit tidak hanya
ditentukan oleh unsure penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai
penyebab dan hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai factor maupun
unsure lainnya. Oleh sebab itu, dalam setiap proses terjadinya penyakit, kita
selalu memikirkan adanya penyebab jamak (multiple causation). Hal ini sangat
berpengaruh dalam menetapkan progam pencegahan maupun penanggulangan penyakit
tertentu, karena usaha tersebut hanya akan memberikan hasil yang diharapkan
bila dalam perencanaannya, kita memperhitungkan berbagai unsure tersebut di
atas.
Dengan
epidemiologi modern dewasa ini, proses kejadian penyakit tidak hanya
dititikberatkan pada penyebab kausal semata, tetapi terutana diarahkan pada
interaksi antara penyebabnya, pejamu dan lingkungan, yang menyatu dalam satu
kondisi, baik pada individu maupun pada masyarakat. Kondisi ini menentukan
proses kejadian penyakit yang dikenal dengan kondisi atau factor resiko (risk
factor).
(Nur
Nasry Noor, 2008: 33-35)
sumber :
Noor ,Nur Nasry.2008.EPIDEMIOLOGI.Jakarta: pt Rineka Cipta
Budiarto,E
& Anggraeni, D. 2001. Pengantar epidemiologi edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran EGJ
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda