Teori Penyebab, dan Konsep dasar terjadinya Penyakit
1. Pengertian Penyakit
Kegagalan
dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap
rangsangan / tekanan sehingga timbul pada gangguan pada sistem / fungsi dari
tubuh
2. Teori Terjadinya Penyakit
1. Teori Hipocrates (460-377
SM). Hipocrates berpendapat bahwa sakit bukan disebabkan oleh hal-hal yang
bersifat supranatural tetapi ada kaitannya dengan elemen-elemen bumi, api,
udara, air yang dapat menyababkan kondisi dingin, kering, panas dan lembab. Kondisi
ini dapat berpengaruh pada cairan tubuh, darah, cairan empedu kuning dan empedu
hitam. Pada zaman ini hipocrates telah menghubungkan antara kejadian sakit
dengan faktor lingkungan. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab
penyakit, yaitu bahwa:
·
Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad
hidup, dan
·
Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal
maupun internal seseorang.Teori itu dimuat dalam karyanya
berjudul “On Airs, Waters and Places”.
Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam
teorinya apa yang sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu
yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak
benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat
jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas),
atom air (basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat:
flegma (atom tanah dan air), empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom
api dan air) dan empedu hitam (atom tanah dan udara). Penyakit dianggap terjadi
akibat ketidakseimbangan cairan sementara demam dianggap terlalu banyak darah.
Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada
pada waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800-an.Kemudian ternyata teori ini
tidak mamp[u menjawab tantangan berbagai penyakit infeksi lainnya yang
mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.
2. Teori Contagion.
Menurut teori ini penyakit
terjadi karena proses kontak atau bersinggungan dengan sumber penyakit. Pada
masa ini telah ada pemikiran konsep penularan yang berawal dari pengamatan
terhadap penyakit kusta di Mesir.Teori ini tentu dikembangkan berdasarkan
situasi penyakit pada masa itu di mana penyakit yang melanda kebanyakan adalah
penyakit menular yang terjadi karena adanya kontak langsung.
Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya menyatakan
bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular (transference)
yang disebut kontagion.Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:
a) jenis
kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan,
berciuman, hubungan seksual.
b) Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda
perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan
kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu
tangan.
c) Jenis
kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh
Pada
mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau
mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat
diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap
sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa
abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina
dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang diperkenalkan
pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman
praktek.
3. Teori Humoral.
Dikenal dalam kehidupan masyarakat China yang
beranggapan bahwa penyakit disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dalam
tubuh. Dikatakan bahwa dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan yaitu
putih, kuning, merah dan hitam. Bila terjadi ketidakseimbangan akan menyebabkan
penyakit, tergantung dari jenis cairan yang dominan.
4. Teori Miasma.
Penyakit timbul karena sisa
dari mahluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan
lingkungan. Pada zaman itu orang percaya bila seseorang menghirup miasma
atau uap busuk tadi maka ia akan terjangkit penyakit. Sebagai pencegahannya
rumah-rumah dianjurkan ditutup rapat terutama pada malam hari dan tidak banyak
keluar malam karena dipercaya miasma muncul terutama pada waktu malam. Selain
itu masyarakat juga percaya bahwa miasma dapat dihalau atau diatasi dengan
jalan membakar ramuan/ kemenyan (dupa) dan bisa juga diusir dengan
bunyi-bunyian keras seperti bel gereja, bedug, petasan, dll. Pada zamannya
teori miasma lebih dipercaya dan dapat diterima daripada teori contagion yang
dicetuskan oleh Fracastoro karena uap busuk lebih bisa diamati dan tercium
baunya.
5. Teori Jasad Renik (Germ Theory).
Jasad renik (germ) dianggap
sebagai penyebab tunggal penyakit yang berkembang setelah ditemukannya
mikroskop. Suatu kuman ( mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit.Teori
ini sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi kedokteran,ditemukannya
mikroskop yang mampu mengidentifikasi mikroorganisme.Kuman dianggap sebagai
penyebab tunggal penyakit.Namun selanjutnya ternyata teori ini mendapat
tantangan karena sulit diterapkan pada berbagai penyakit kronik,misalnya
penyakit jantung dan kanker,yang penyebabnya bukan kuman.
6. Teori Ekologi Lingkungan.
Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor
penyebab dalam lingkungan tertentu. Pada keadaan tertentu akan menimbulkan
penyakit. Teori ini secara lebih luas membahas tentang penyebab penyakit yang
menghubungkan antara sumber penyakit, penderita dan lingkungannya.
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh
Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit
pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment.
Gordon berpendapat bahwa:
a) Penyakit
timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
b) Keadaan
keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host
(baik individu/kelompok)
c) Karakteristik
agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut
akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan
sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).
7. Teori Multiklausa
Disebut juga sebagai konsep multifaktorial di mana
teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi
berbagai faktor.Misalnya,faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor
biologis,kimiawi dan sosial memegang peranan dalam terjadinya penyakit.
Sebagai contoh,infeksi tubekulosis paru yang
disebabkan oleh invasi mycobacterium
tuberculosis pada jaringan paru,tidak dianggap sebagai penyebab tunggal
terjadinya TBC.Disini TBC tidak hanya terjadi sebagai akibat keterpaparan
dengan kuman TBC semata,tetapi secara multifaktorial berkaitan dengan faktor
genetik,malnutrisi,kepadatan penduduk dan derajat kemiskinan.Demikian pula
halnya dengan kolera yang disebabkan oleh tertelannya vibrio kolera ditambah
dengan beberapa (multi) faktor risiko lainnya.Kepekaan penjamu meningkat oleh
keterpaparan berbagai faktor:malnutrisi,perubahan padat,kemiskinan,dan
genetik.Dalam kondisi demikian seorang menelan vibrio kolera selama terpapar
dengan air tidak bersih,yang dilanjutkan dengan pengeluaran toksin.Kolera yang
meracuni lambung sehingga terjadilah diare.
3. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
1. Segitiga
Epidemiologi (Epidemiologic Triangle)
Komponen:
host, agent, environment. Perubahan
pada salah satu faktor/komponen akan mengubah keseimbangan . Hubungan ketiga komponen digambarkan sebagai tuas
dalam timbangan:environment sebagai penumpu
2. Roda
(Wheel)
Memerlukan identifikasi dari
berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak
mementingkan pentingnya agent. Besarnya peran dari masing-masing faktor
bergantung pada penyakit yang bersangkutan
3. Jaring-jaring
sebab akibat (The Web of causation)
Suatu
penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan
sebagai akibat dari serangkaian proses sebab-akibat . Penyakit dapat dicegah dengan memotong rantai pada
berbagai titik
sumber:
Prof.
Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip
Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Bress,P,. 1998. Public
Health Action in emergencies Causes by epidemic. World Health Organization
Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bustan, M.N., Arsunan, A. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Heru Subaris K dkk. 2006. Manajemen Epidemiologi. Yogyakarta: Media Pressindo
Kasjono, Heru Subaris. 2008. Intisari Epidemiologi. Jogjakarta : Mitra Cendekia
Martini. Modul
Materi Dasar Epidemiologi semester 3.
Murti, Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Timmreck, Thomas c. 2001. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
sumber lain
http://www.geocities.ws/klinikikm/epidemiologi/penyakit-menular.htm
di akses senin 24 maret 2014 14:37
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda